TIMES BOGOR, JAKARTA – Konflik Rusia-Ukraina kini memasuki babak baru yang mengejutkan. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengungkap penangkapan dua warga negara China yang diketahui bertempur bersama pasukan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina timur.

“Militer kami menangkap dua warga negara China yang bertempur di tentara Rusia. Kami memiliki dokumen, kartu bank, dan data pribadi mereka,” ujar Zelenskyy melalui unggahan di media sosial, Selasa (8/4/2025), seperti dikutip dari Euronews.

Penangkapan ini menjadi bukti bahwa dukungan militer terhadap Rusia dalam perang besar-besaran melawan Ukraina tidak hanya datang dari Iran dan Korea Utara, namun kini juga melibatkan China secara langsung, setidaknya melalui kehadiran personel di medan tempur.

“Kami memiliki informasi bahwa ada lebih dari dua warga negara China di unit penjajah,” tambah Zelenskyy.

Zelenskyy juga membagikan rekaman video salah satu tahanan dan menegaskan bahwa hal ini harus menjadi perhatian serius bagi komunitas internasional. Jika terbukti, China menjadi negara keempat yang memberikan dukungan militer aktif kepada Rusia, dan negara ketiga dengan pasukan yang hadir langsung di wilayah konflik.

Korea Utara, Iran, dan Kini China

Sebelumnya, 12.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke wilayah Kursk untuk mendukung pasukan Rusia, di mana dua pertiganya dilaporkan tewas. Sementara itu, Iran turut menyuplai peralatan militer, termasuk pesawat tak berawak tipe Shaheed, meski tidak mengirimkan personel langsung ke Ukraina.

“Ada perbedaan: Korea Utara bertempur di garis depan Kursk, sementara China berperang langsung di wilayah Ukraina,” tegas Zelenskyy.

Presiden Ukraina itu mengatakan telah memerintahkan para pejabat di Kyiv untuk meminta penjelasan resmi dari pemerintah China di Beijing, yang selama ini dikenal sebagai mitra strategis Rusia dan penyedia barang-barang kebutuhan produksi senjata.

Ukraina Desak Dewan Keamanan PBB Bertindak

Menanggapi kondisi ini, Ukraina langsung meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB dan Dewan Tetap OSCE, menyusul serangan mematikan Rusia di Kryvyi Rih yang menewaskan sembilan anak-anak—jumlah korban anak terbanyak dalam satu serangan sejak 2022.

“Serangan balistik Rusia menargetkan taman bermain di area pemukiman dengan hulu ledak cluster. Ukraina menginisiasi pertemuan darurat untuk menuntut akuntabilitas,” kata Andrii Sybiha, Menteri Luar Negeri Ukraina.

Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung pada Kamis mendatang untuk membahas dukungan militer asing kepada Rusia dan serangan brutal yang menargetkan warga sipil.

Serangan Rusia Terus Berlanjut

Di tengah desakan diplomatik, situasi di lapangan terus memanas. Sedikitnya tiga orang tewas dan 19 lainnya luka-luka akibat serangan Rusia pada Selasa (8/4). Dua orang dilaporkan tewas di Donetsk, satu orang lainnya tewas di Kharkiv, dan korban luka dilaporkan dari wilayah Kherson, Dnipro, hingga ibu kota Kyiv.

Menurut otoritas Ukraina, Rusia juga meluncurkan 46 drone serang, termasuk pesawat Shaheed buatan Iran, serta satu rudal balistik dalam serangan semalam.

“Jumlah korban tewas akibat serangan di Kryvyi Rih kini meningkat menjadi 19 orang,” ungkap Zelenskyy, yang terus menyerukan dukungan dari komunitas internasional.

Situasi ini mempertegas bahwa perang di Ukraina telah meluas menjadi konflik berskala global, dengan keterlibatan langsung maupun tidak langsung dari beberapa negara besar. Keputusan Dewan Keamanan PBB dan reaksi Barat dalam beberapa hari ke depan akan menjadi penentu arah konfrontasi yang semakin membara ini. (*)