TIMES BOGOR, JAKARTA – Hadiri Wisuda Sarjana program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Desa, Mendes PDTT RI (Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia) Abdul Halim Iskandar menegaskan tidak ada kata mahal dalam investasi peningkatan sumber daya manusia.
“Investasi pendidikan itu mahal kalau diukur dengan material tapi kalau diukur dengan nilai yang akan diraih, masa yang akan ditempuh dari investasi itu tidak ada kata mahal dalam investasi peningkatan sumber daya manusia,” tegas Mendes PDTT dalam pidatonya saat wisuda Sarjana program RPL Desa di Universitas Negeri Yogyakarta pada Minggu (17/9/2023).
Mendes PDTT mengatakan, program RPL Desa ini bukan hanya suatu investasi masa depan bangsa saja tetapi sebuah langkah yang sangat bagus yang diambil oleh Bupati Bojonegoro dan didukung oleh rektor UNY beserta seluruh jajaran.
“Maka apa yang kita lihat hari ini terwujud dan saya berani menyatakan ini bukan yang pertama di Indonesia tapi yang pertama di dunia,” katanya.
Mendes PDTT mengatakan program RPL Desa merupakan yang pertama di dunia bukan tanpa alasan, ia mengemukakan saat KTT ASEAN di Bali, telah disepakati ASEAN Villages Network, yaitu jaringan desa-desa se-Asia tenggara. Tindak lanjut dari kesepakatan tersebut diselenggarakan pertemuan kepala desa se-Asia Tenggara.
“Mereka (Kepala Desa), kita beri kesempatan untuk ngobrol dan alhamdulillah yang paling banyak omong itu kepala desa dari Indonesia. Bukan omong kosong tapi terlalu banyak yang harus diceritakan tentang keberhasilan pembangunan desa-desa di Indonesia,” ungkap Mendes PDTT.
“Itulah makanya kita harus bersyukur kepada Allah SWT dan saya yakin model RPL desa ini bukan hanya di Indonesia tapi di dunia. Selamat untuk seluruh sarjana yang telah menyelesaikan kuliah dan hari ini di wisuda,” sambung pria yang akrab disapa Gus Halim.
Menjadi lulusan sarjana program RPL Desa, lanjut Gus Halim, membuktikan bahwa pengabdian kepada warga masyarakat ternyata bisa dikonversi menjadi perkuliahan. Ini juga dapat merubah paradigma bahwa sarjana itu tidak hanya duduk di bangku kuliah Strata satu selama 4 tahun atau 8 semester tetapi mengabdi pun bisa menjadi sarjana dengan tambahan-tambahan yang tidak banyak.
“Hari ini kita buktikan bahwa mengabdi pun bisa menjadikan kita sarjana dengan tambahan tambahan yang tidak banyak. Bojonegoro menjawab tidak harus seperti itu. Menjadi pendamping desa, menjadi kaur (Kepala Urusan) keuangan, menjadi sekdes, menjadi kepala desa ternyata bisa juga menjadi sarjana,” jelas Gus Halim.
“Tentu ini (sarjana program RPL Desa) akan kita pamerkan ke berbagai pihak termasuk ke negara negara lain. Pulang dari sini bikin syukuran kecil-kecilan dan ceritakan kalau Bapak Ibu sudah Sarjana karena didukung Bupati Bojonegoro Anna Mu'awanah dan jangan lupa juga disebut Rektor UNY juga mendukung keberhasilan anda,” tandas Gus Halim. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Hadiri Wisuda Program Sarjana RPL Desa, Mendes PDTT: Ini Pertama di Dunia
Pewarta | : Ahmad Nuril Fahmi |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |