https://bogor.times.co.id/
Kopi TIMES

Untung Rugi Keberlimpahan Biomassa Lignoselulosa

Kamis, 21 September 2023 - 09:37
Untung Rugi Keberlimpahan Biomassa Lignoselulosa adli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas dan Ketua FLP Sumbar.

TIMES BOGOR, SUMATERA – Terlahir sebagai generasi 90-an, saya tumbuh dengan narasi bahwa Indonesia adalah negara agraris. Tanah negeri ini bagaikan sejumput tanah surga. Kesuburannya menghasilkan kekayaan alam yang melimpah. Biodiversitas atau keanekaragaman hayati Indonesia sangat tinggi. Tentu tidak hanya pada fauna melainkan juga flora.

Bicara tentang biodiversitas flora, kita punya banyak sekali jenis tanaman dan tumbuhan yang berkembang dengan baik di hamparan tanah Indonesia. Sebagian dari flora tersebut menghasilkan biomassa lignoselulosa yang memiliki banyak manfaat.

Sangat di sayangkan, keberlimpahan biomassa lignoselulosa itu bagai dua sisi uang koin. Ia membawa keuntungan dan kerugian di saat yang hampir sama.

Sebagai informasi, biomassa lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari tanaman dengan komponen utama yang mengandung lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Pada dasarnya, tiga jenis polimer tadi merupakan penyusun dinding sel pada tumbuhan. Hal tersebut membuat hampir seluruh bagian tumbuhan mengandung lignoselulosa.

Di Indonesia sendiri, keberadaan biomassa lignoselulosa sangat melimpah. Bahan organik ini dapat ditemukan di hutan-hutan tanaman industri di mana ada banyak kayu yang dijadikan bahan pembuatan kertas.

Biomassa lignoselulosa bahkan juga dapat ditemukan pada limbah-limbah pertanian seperti jerami, ampas tebu, sabut kelapa, tandan kosong kelapa sawit, dan sebagainya.

Lebih lanjut, keberlimpahan tadi dapat membawa keuntungan ekonomi jika biomassa lignoselulosa dimanfaatkan dengan baik. Salah satu opsi pemanfaatan biomassa lignoselulosa adalah sebagai bahan pembuatan bioetanol. 

Etanol sendiri merupakan alkohol murni yang mudah terbakar sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar. Bahan bakar dari etanol yang berasal dari biomassa lignoselulosa dapat dikategorikan sebagai biofuel.

Menariknya, pemanfaatan bioetanol saat ini sudah mulai marak dilakukan. Pertamina, sebagai salah satu pemain utama dalam sektor energi di Indonesia, sudah memperkenalkan produk yang diberi nama Pertamax Green. 

Dari isu yang beredar, produk tersebut akan menjadi pengganti dari Pertalite. Pertamax Green sendiri merupakan campuran dari Pertamax dan Bioetanol.

Maryana dkk, (2021) dalam publikasi berjudul "Potency and challenges in the commercialization of bioethanol first and second generation in Indonesia" mengungkapkan bahwa harga jual bioetanol dapat berkisar antara 11.400-11.500 per liternya. Angka ini menunjukkan bahwa pemrosesan biomassa lignoselulosa menjadi bioetanol memiliki prospek ekonomi yang cukup menjanjikan.

Selain bioetanol, biomassa lignoselulosa juga dapat diproses menjadi material komposit yang lingkup penggunaannya luas. Komposit berbasis selulosa alam sudah mendapat tempat di industri furnitur hingga industri mode. 

Hal ini dikarenakan fabrikasi material komposit mampu menghadirkan karakteristik spesifik yang dibutuhkan oleh industri ketimbang material alami seperti kayu.

Selain itu, selulosa dalam biomassa lignoselulosa juga dapat menjadi bahan baku tekstil. Jenis bahan tekstil yang dapat dibuat dari selulosa adalah rayon dan viscose. 

Di samping itu, serat tanaman kapas bahkan dapat diproses menjadi bahan katun yang sangat populer di tengah masyarakat. Hal ini menguatkan sisi untung dari keberlimpahan biomassa lignoselulosa.

Namun di samping itu, keberlimpahan tersebut tentu juga membawa kerugian. Sebagaimana yang disebut di awal. Salah satu sumber biomassa lignoselulosa adalah limbah atau sisa pertanian. 

Biomassa lignoselulosa dapat menjadi sumber masalah jika tidak ditangani dengan benar. Limbah lignoselulosa dari sisa pertanian yang dibiarkan akan menjadi sumber hama dan penyakit tanaman. Lebih buruk dari itu, ia juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Penanganan yang tidak tepat sering kali juga mendatangkan masalah lain. Sebagai contoh, pembakaran jerami padi akan menghasilkan emisi yang mencemari udara dan mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, pembakaran limbah tersebut juga akan menurunkan kualitas tanah sehingga berpengaruh pada produktivitas lahan pada penggarapan setelahnya.

Meskipun berbagai pilihan pengolahan telah diteliti dan dikembangkan, keterbatasan teknologi dan sumber daya membuat jumlah biomassa lignoselulosa yang dapat diolah masih sangat sedikit. Dengan kata lain, ini menjadi sebuah pekerjaan rumah yang mungkin tidak akan mudah. 

Kita masih membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat mengatasi keberlimpahan bahan organik satu ini. Bukan hanya semata untuk tujuan ekonomi, melainkan juga untuk menjaga keberlanjutan kehidupan di muka bumi.

***

*) Oleh: Fadli Hafizulhaq, Dosen di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas dan Ketua FLP Sumbar. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bogor just now

Welcome to TIMES Bogor

TIMES Bogor is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.