https://bogor.times.co.id/
Kopi TIMES

Moderasi Beragama sebagai Cara Pandang Jalan Tengah

Rabu, 27 Maret 2024 - 18:30
Moderasi Beragama sebagai Cara Pandang Jalan Tengah Teddy Khumaedi, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor

TIMES BOGOR, BOGOR – Dalam bahasa inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Dan dipastikan secara umum, definisi moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyaikan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi negara.

Setiap agama mengajarkan penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sang Maha Pencipta. Penghambaan manusia kepada Tuhan merupakan perwujudan dalam kesiapan mengikuti segala petunjuk-Nya dalam semua sendi kehidupan. Manusia menjadi hamba hanya bagi Tuhan, tidak menghamba kepada yang lain, dan juga tidak diperhambakan oleh yang lain. Di sinilah esensi nilai keadilan antar manusia sebagai sesama makhluk Tuhan. 

Manusia menjadi hamba Tuhan yang diberi mandat untuk memimpin dan mengelola alam raya, sebagai makhluk yang diciptakan dengan keunggulan budi pekerti dan daya pikir. Manusia diberikan tanggung jawab untuk merawat seisi alam raya sebagai wakil Tuhan di Bumi karena bumi perlu dikelola agar tercipta kemaslahatan bersama. Inilah salah satu visi kehidupan terpenting dan terkuat bagi manusia yang diajarkan dalam agama. 

Bagaimana manusia mengelola bumi dimana ia tinggal, agar tercapai kemaslahatan bersama yaitu bangsa dan negara yang adil, makmur, dan sentosa. Kerangka berpikir seperti ini dapat ditemukan di setiap agama dalam bentuk keyakinan bahwa mencintai negeri adalah sebagian dari keimanan, dan keseimbangan antara keagamaan dan kebangsaan justru menjadi modal besar bagi kemaslahatan bangsa. 

Maka dari itu, moderasi beragama menjadi muatan nilai dan praktik yang tepat dan sesuai dalam mewujudkan kemaslahatan bumi Indonesia. Sikap mental moderat, adil, dan berimbang menjadi kunci utama untuk mengelola keragaman umat yang Tuhan hadirkan di negeri Indonesia ini. 

Moderasi beragama dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu bertindak adil, dan tidak bersikap ekstrem dalam beragama. Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. 

Moderasi beragama harus dipahami sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri (ekslusif) dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan (inklusif). Keseimbangan atau jalan tengah dalam praktik beragama ini niscaya akan menghindarkan umat dari sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama. Seperti banyak contoh terjadi ditengah masyarakat yang bersifat heterogen dan urbani. 

Moderasi beragama merupakan solusi atas hadirnya dua kutub ekstrem dalam beragama, kutub utara ultra-konservatif atau ekstrem kanan di satu sisi, dan liberal atau ekstrem kiri di sisi lain. Semangat moderasi beragama adalah untuk mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama. Di satu sisi, ada pemeluk agama yang ekstrem sangat meyakini mutlak kebenaran satu tafsir teks agama, seraya menganggap sesat penafsiran agama selain dirinya. Kelompok ini biasa disebut ultra-konservatif. 

Disisi lain, ada juga umat beragama yang ekstrem mendewakan akal hingga mengabaikan kesucian agama, atau mengorbankan kepercayaan dasar ajaran agamanya demi toleransi yang tidak pada tempatnya kepada pemeluk agama lain. Mereka biasa disebut ekstrem liberal, dan tentunya kedua aliran tersebut sangat perlu untuk di moderasi beragama agar menemukan pandangan yang sama terkait keyakinan dalam beragama.

Dari sudut pandang agama, keragaman adalah anugerah dan kehendak Tuhan, jika Tuhan menghendaki maka tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan dan tidak sulit membuat hamba-hambaNya menjadi seragam dan satu jenis saja. Tapi Tuhan memang Maha menghendaki agar umat manusia beragama, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dengan tujuan agar kehidupan menjadi dinamis, saling belajar, dan saling mengenal satu sama lain. 

Betapa manusia harus pandai bersyukur atas keragaman bangsa Indonesia ini. Karena bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini sebagai takdir yang diberikan secara alamiah oleh Tuhan Yang Maha Pencipta, bukan untuk ditawar lagi tapi untuk diterima (taken for granted). Dan Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama yang nyaris tiada tandingannya di dunia. 

Ideologi Pancasila sangat menekankan terciptanya kerukunan antar umat beragama dan untuk mengelola situasi keragaman umat beragama di Indonesia. Kita membutuhkan visi dan solusi yang dapat menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam menjalankan kehidupan keagamaan, yakni dengan mengedepankan moderasi beragama, menghargai keragaman tafsir dalam agama, serta tidak mudah terjebak pada ekstremisme, intoleransi, dan tindakan kekerasan terhadap pemeluk agama lain yang berbeda keyakinan.

Satu hal yang harus senantiasa kita waspadai adalah terjadinya konflik berlatar belakang agama, terutama yang disertai dengan aksi tindakan kekerasan terhadap pemeluk agama lain karena ini merupakan ancaman terbesar yang dapat memecah belah rakyat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar. Daya rusak konflik yang berlatar belakang agama tentunya lebih dahsyat bahayanya terkhusus bersifat internal memecah belah kesatuan bangsa Indonesia.

Mengapa Begitu Penting Moderasi Beragama bagi Bangsa Indonesia?

Secara umum, jawabannya adalah karena anugerah keragaman dalam beragama itu suatu keniscayaan, sangat tidak mungkin dihilangkan! Karena moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat merealisasikannya. Alasan kuat pentingnya moderasi beragama bagi bangsa Indonesia karena cara pandang dan sikap moderat dalam beragama sangat penting bagi masyarakat plural dan multikultural seperti Indonesia. Sebab hanya dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak, serta toleransi dan keadilan dapat terwujud. Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa bangsa Indonesia perlu moderasi beragama:

Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan kebebasan orang lain. Oleh karena itu mengapa setiap agama selalu membawa misi damai dan keselamatan. Dan untuk mencapai itu, agama selalu menghadirkan ajaran tentang keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan, agama juga mengajarkan bahwa menjaga hak manusia lainnya selalu menjadi prioritas dan moderasi beragama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 

Contoh kasus sering terjadi di tengah masyarakat adalah orang yang ekstrem tidak jarang terjebak dalam praktik beragama atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya saja seraya mengenyampingkan aspek kemanusiaan, orang beragama yang seperti ini rela merendahkan sesama manusia “atas nama Tuhan”, padahal menjaga kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama. Bahkan sebagian manusia sering mengeksploitasi ajaran agama hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kelompoknya semata.

Kedua, ribuan tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka warna kulit, dan tersebar ke berbagai wilayah di berbagai negeri. Dengan seiring itu pula agama turut berkembang dan tersebar. Banyak karya tulis ulama terdahulu berupa buku berbahasa Arab sudah tidak memadai untuk dikaji karena semakin kompleksitasnya persoalan manusia di bumi. 

Banyak teks-teks agama yang mengalami multitafsir, kebenaran menjadi beranak pinak, bahkan sebagian pemeluk agama tidak lagi berpegang teguh pada esensi dan hakikat ajaran agamanya, melainkan bersikap fanatik pada tafsir  kebenaran versi yang disukainya, dan terkadang tafsir yang sesuai dengan kepentingan politiknya.

Ketiga, khusus dalam konteks negara Indonesia, moderasi beragama sangat diperlukan sebagai pilihan strategi kebudayaan rakyat Indonesia dalam merawat kebhinekaan Indonesia. Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak awal para pendiri bangsa (founding father) telah berhasil mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang telah nyata berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa, dan budaya. Itulah sesungguhnya jati diri bangsa Indonesia, negeri yang sangat agamis, dengan karakternya yang santun, ramah, dan toleran, dan mampu berdialog dengan keragaman. 

Muhammad Hashim Kamali menjelaskan bahwa prinsip keseimbangan (balance), dan adil (justice) dalam konsep moderasi (wasathiyah), seseorang tidak boleh ekstrem pada pandangannya, melainkan harus selalu mencari titik temu persamaan dan kesamaan dalam kehidupan beragama. 

Akhir dari pandangan penulis meyakini bahwa moderasi beragama bukan hanya diajarkan oleh Islam semata, tapi juga semua agama lain. Lebih jauh, moderasi beragama merupakan kebajikan yang mendorong terciptanya harmoni sosial dan keseimbangan dalam kehidupan baik secara personal, keluarga dan masyarakat hingga mampu mendekatkan dan mengeratkan hubungan antar manusia sekalipun berbeda keyakinan agamanya.
Hakikat moderasi beragama adalah cara pandang dan sikap moderat dalam beragama, bukan pula memoderasi agama melainkan karena agama dalam dirinya sudah mengandung prinsip moderasi, yaitu keadilan dan keseimbangan.

***

*) Oleh : Teddy Khumaedi, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bogor just now

Welcome to TIMES Bogor

TIMES Bogor is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.